Gabungan Pecinta Teknologi

Gabungan Pecinta Teknologi atau lebih dikenal dengan singkatan GAPTEK adalah sebuah paguyuban masyarakat desa. Dirintis sejak tahun 2007 dan diresmikan dengan nama Gabungan Pecinta Teknologi pada 13 Maret 2013 di Kecamtan Ketapang Kabupaten Sampang Madura Jawa Timur Indonesia.

Nama Gabungan Pecinta Teknologi diambil dari sebuah tekad masyarakat pedesaan baik yang berprofesi sebagai pelajar, pendidik, pegawai pemerintahan, karyawan perusahaan, dan masyarakat petani untuk bisa mengentaskan diri dari keterbelakangan pendidikan dan pengalaman. Kesadaran diri atas keterbatasan akan sebuah tuntutan kebutuhan keterkinian dan label diri atas keterbatasan tersebut yang sering di istilahkan sebagai penyandang Buta Huruf sekaligus Gagap Teknologi, di dapati bahwa tidak akan ada upaya yang dapat merubah sebuah keadaan diri kecuali dengan mengakui adanya keterbatasan yang ada dan mengupayakan untuk mengurangi keterbatasan tersebut dengan pengetahuan dan keahlian yang sesuai dengan tuntutan keterkinian.

Pada mulanya, Gabungan Pecinta Teknologi membidangi hampir semua sektor pemberdayaan kemasyarakatan. Dari sektor kehidupan keseharian, sosial, pendidikan, pemerintahan, sosial, hukum dan lainnya. Sebagai sebuah paguyuban yang di dalamnya di kelola oleh dan untuk masyarakat desa itu sendiri dengan tingkat pendidikan dan pengalaman yang terbatas, dirasa sangat berat dan melambankan pencapaian tujuan dari adanya paguyuban. Selain faktor pelaku utama pemberdayaan dan biaya operasional yang tidak bisa di elakkan, faktor cakupan dan ruang wilayah masyarakat yang semakin luas mendesak seluruh jajaran keluarga besar Gabungan Pecinta Teknologi untuk lebih fokus pada bidang pemberdayaan tertentu yang bisa mewakili seluruh bidang pemberdayaan yang telah ada. Dan diputuskan untuk lebih fokus pada bidang pendidikan dan pelatihan.

Pelaksanaan pemberdayaan di bidang pendidikan dan pelatihan yang dilakukan secara manual (klasikal), mampu memikat banyak kalangan masyarakat dan menambah daftar peserta atau anggota paguyuban. Bertambahnya anggota paguyuban ini pada akhirnya membawa Gabungan Pecinta Teknologi pada sebuah keadaan yang penuh dengan keterbatasan. Fasilitas ruang pendidikan dan pelatihan, fasilitas peralatan, tenaga pendidik dan pelatihan, dan biaya operasional tidak memungkinkan bagi Gabungan Pecinta Teknologi untuk meneruskan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. Keadaan ini membuat seluruh keluarga besar Gabungan Pecinta Teknologi merasa sangat butuh akan sebuah solusi yang mampu meneruskan kegiatan pendidikan dan pelatihan tanpa harus di tambatkan pada keadaan yang penuh keterbatasan.

Banyak bahan yang harus di kaji ulang. Tidak sedikit sumbangan pemikiran di curahkan. Mencoba untuk menemukan sebuah formula yang dapat meneruskan harapan banyak orang. Maka, dari sekian banyak perjalanan yang telah di lalui dan dengan pengalaman pelaksanaan yang telah diterapkan, di dapati sebuah solusi yang diharapkan menjadi solusi yang solutif sekaligus sebuah alternatif pendidikan dan pelatihan yang mampu menyikapi sebuah keterbatasan.

Gabungan Pecinta Teknologi melalui Divisi Persatuan Pelajar Online Indonesia (P2OI) menghimpun kembali keluarga besar Gabungan Pecinta Teknologi dan melakukan pendataan keanggotaan dengan metode pendataan yang lebih baik dan mudah dikontrol. Serta Divisi Pusat Informasi dan Edukasi Teknologi Informasi Pedesaan Indonesia (PRESTASI) secara khusus membidangi materi dan pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan yang dapat di ikuti oleh seluruh masyarakat pedesaan Indonesia.

Mahalnya biaya dan peralatan pendidikan di tebus dengan kesungguhan dalam mengkonsep materi, packing materi, penyampaian materi, dan penyaluran materi dengan mengedepankan kualitas materi dan bahan-bahan bantu aktualitas materi. Di salurkan dan dijewantahkan kepada masyarakat pedesaan Indonesia dengan biaya yang sangat terjangkau untuk ukuran sebuah keluarga dengan tingkat kelas ekonomi rendah.